Cara Pembuatan Ice Cream
Es krim dapat didefinisikan sebagai makanan beku yang dibuat dari produk susu (dairy) dan dikombinasikan dengan pemberi rasa (flavor) dan pemanis (sweetener)
(David, 1994). Menurut Standar Nasional Indonesia, es krim adalah
sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es
krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan
atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan. Campuran bahan es krim
diaduk ketika didinginkan untuk mencegah pembentukan Kristal es yang
besar. Secara tradisional, penurunan temperatur campuran dilakukan
dengan cara mencelupkan campuran ke dalam campuran es dan garam.
Secara umum, komposisi bahan-bahan pembuat es krim adalah sebagai berikut: 10-16% lemak susu (milkfat), 9-12% padatan susu bukan lemak (milk solids-non-fat, MSNF), 12-16% pemanis, 0,2-0,5% penstabil (stabilizer) dan pengemulsi (emulsifier), dan 55-64% air. (Pearson, 1980)
Berdasarkan komposisinya, es krim terbagi menjadi empat kategori, yaitu kategori ekonomi (
economy brand), kategori standar (
standard brand), kategori premium (
premium brand), dan kategori super premium (
super premium brand) (Person, 1980). Perbedaan komposisi yang mendasari pembagian kategori dapat dilihat pada Tabel 2.
1 Bahan baku pembuatan es krim
Hampir semua es krim diproduksi dari campuran produk susu (
dairy);berupa
susu, krim, maupun padatan lemaknya; minyak sayur atau mentega,
pemanis, penstabil, dan pengemulsi. Pemberi/penguat rasa (
flavor), pewarna (
color), dan bahan lain dapat ditambahkan pada tahap akhir proses produksi. (Person, 1980)
Pada umumnya, campuran tersebut hanya membentuk 50% dari volume akhir
es krim, sisanya merupakan udara yang dicampurkan pada proses
whipping. (Person, 1980)
Tabel 2 Perbedaan Komposisi Jenis-Jenis Es Krim
Komposisi
|
Jenis Es Krim
|
Ekonomi
|
Standar
|
Premium
|
Super Premium
|
Kandungan Lemak
|
≤ 10%
|
10% – 12%
|
12% – 15%
|
15% – 18%
|
Total Padatan
|
≤ 36%
|
36% – 38%
|
38% – 40%
|
≥ 40%
|
Overrun
|
≥ 120%
|
100% – 120%
|
60% – 90%
|
25% – 40%
|
Biaya Produksi
|
Relatif rendah
|
Rata-rata
|
Di atas rata-rata
|
tinggi
|
1.1 Air
Air merupakan komponen terbesar dalam campuran es krim, berfungsi
sebagai pelarut bahan-bahan lain dalam campuran. Komposisi air dalam
campuran bahan es krim umumnya berkisar 55-64%. (Person, 1980)
1.2 Milk Solids-Non-Fat (MSNF)
MSNF merupakan bahan baku es krim yang mengandung laktosa, kasein, whey protein, dan mineral. MSNF merupakan bahan penting dalam pembuatan es krim. Fungsi MSNF dalam es krim adalah sebagai berikut:
1) Kehadiran protein dalam MSNF dapat meningkatkan tekstur es krim dan mampu mempertahankan tekstur es krim agar tidak snowy dan flaky pada overrun tinggi
2) Memberi bentuk dan membuat tidak kenyal pada produk akhir
Walaupun memiliki banyak kegunaan, penggunaan MSNF harus dibatasi
karena dapat menghilangkan aroma dari beberapa campuran bahan es krim
dan MSNF memiliki kandungan laktosa yang tinggi. Kelebihan laktosa pada
campuran es krim dapat menyebabkan cacat tekstur es krim menjadi kasar
akibat dari adanya kristal laktosa yang terbentuk ke luar campuran.
Selain itu, kelebihan laktosa juga dapat menurunkan titik beku produk
akhir. Penggunaan MSNF secara umum berkisar antara 9-12%, bergantung
pada jenis produk.
Sumber MSNF untuk kualitas produk yang tinggi berasal dari susu skim konsentrat dan bubuk susu skim pemanasan rendah proses spray (spray process low heat skim milk powder). Sumber lain yang digunakan adalah susu skim, susu skim terkondensasi beku (frozen condensed skimmed milk), bubuk buttermilk atau buttermilk terkondensasi, susu terkondensasi, dan whey kering atau whey terkondensasi.
Saat ini penggunaan susu skim bubuk atau skim terkondensasi telah
banyak digantikan dengan berbagai jenis susu bubuk pengganti yang
merupakan campuran dari konsentrat whey protein, kasein, dan bubuk whey.
Kandungan protein dalam bubuk pengganti ini lebih kecil dibandingkan
dengan bubuk skim, berkisar antara 20-25% sehingga memilki harga yang
lebih murah. Campuran ini juga memiliki komposisi whey protein dan kasein yang tepat untuk menghasilkan kinerja yang baik dalam membuat campuran es krim.
1.3 Susu (milk fat)
Lemak susu dalam campuran es krim memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Meningkatkan cita rasa pada es krim
2) Menghasilkan tekstur lembut pada eskrim
3) Membantu dalam memberikan bentuk pada es krim
4) Membantu dalam pemberian sifat leleh yang baik pada es krim
5) Membantu dalam melumasi freezer barrel pada saat produksi (campuran non-fat sangat kasar untuk peralatan pendinginan)
Seperti halnya MSNF, penggunaan lemak susu juga harus dibatasi karena dapat menghalangi kemampuan whipping
dari campuran es krim. Selain itu, lemak susu yang berlebihan dapat
menghasilkan rasa gurih yang berlebihan pada es krim sehingga dapat
menurunkan konsumsi. Harga lemak susu relatif tinggi sehingga dapat
meningkatkan biaya produksi apabila penggunaannya berlebihan. Kelemahan
lain pada penggunaan lemak susu berlebih adalah nilai kalori campuran es
krim yang meningkat.
Sumber lemak susu untuk menghasilkan produk es krim dengan cita rasa
dan kelezatan tinggi adalah susu segar. Sumber lain yang biasa digunakan
adalah mentega dan lemak susu anhidrat.
Lima hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sumber lemak susu
adalah struktur Kristal lemaknya, laju kristalisasi lemak pada
temperatur yang berubah-ubah, profil pelelehan lemak (terutama
temperatur pendinginan dan pembekuan), kandungan trigliserida yang mudah
meleleh, dan rasa dan kemurnian minyaknya. Kandungan lemak susu pada es
krim pada umumnya berkisar antara 10-16%.
1.4 Pemanis (sweetener)
Es krim yang manis pada umumnya didambakan oleh setiap orang yang
memakannya. Oleh karena itu, pemanis biasanya ditambahkan pada campuran
es krim sebanyak 12-16%-berat. Pemanis akan melembutkan tekstur,
meningkatkan kecocokan pada es krim, memperkaya rasa, dan biasanya
merupakan sumber termurah dari padatan es krim. Kegunaan lain dari
pemanis adalah berperan pada penurunan titik beku sehingga pada
temperatur yang sangat rendah, masih terdapat air yang tidak membeku.
Tanpa adanya air yang tidak beku tersebut, maka es krim akan menjadi
sangat keras dan sangat sulit untuk disendok.
Sukrosa merupakan sumber pemanis yang paling banyak digunakan karena
memberi rasa yang kuat. Penggunaan sukrosa telah banyak digantikan
dengan gula jagung (corn syrup) karena dapat lebih memperkokoh bentuk es krim dan meningkatkan shelf-life.
1.5 Pemantap (stabilizer)
Penstabil merupakan senyawa, biasanya getah polisakarida makanan,
yang ditambahkan untuk menambah viskositas campuran dan fasa tak beku es
krim. Tanpa adanya penstabil, es krim akan menjadi kasar dan proses
pembentukan kristal es akan menjadi sangat cepat.
Selain itu, penstabil juga berfungsi untuk mencegah terjadinya proses heat shock,
yaitu proses pelelehan dan pembekuan pada es krim yang terjadi selama
distribusi sehingga menyebabkan es krim menjadi bersifat es (icy).
Disebabkan oleh karena berfungsi sebagai menaikkan viskositas,
penggunaan penstabil harus dibatasi agar tidak memberikan viskositas
yang terlalu tinngi pada campuran es krim. Jumlah penstabil yang
ditambahkan biasanya berkisar 0,2%-0,5%-berat
Beberapa jenis penstabil yang banyak digunakan adalah:
1) Locust Bean Gum: Serat yang dapat larut yang berasal dari endosperma tumbuhan kacang yang biasa tumbuh di Afrika.
2) Guar Gum: diperoleh dari endosperma kacang tanaman Guar, termasuk dalam keluarga Leguminoceae yang tumbuh di India.
3) Carboxymethil Cellulose (CMC): berasal dari sebagian besar bahan tanaman atau selulosa kayu yang diolah secara kimia agar dapat larut dalam air.
4) Xanthan Gum: diproduksi dalam medium kultur cair oleh Xanthaomonas campestris sebagai eksopolisakarida.
5) Sodium Alginate: Merupakan ekstak rumput laut
6) Karagenan: Merupakan ekstrak Irish Moss atau jenis alga merah lain
Tiap-tiap penstabil memiliki karakteristik yang bebeda-beda.
Biasanya, dua atau lebih jenis penstabil dicampurkan dalam penggunaannya
untuk memberikan sifat yang lebih sinergis satu dengan yang lainnya dan
meningkatkan efektivitas secara menyeluruh. Sebagai contoh, guar gum lebih larut dibandingkan dengan locust bean gum pada temperatur rendah sehingga banyak digunakan pada sistem pasteurisasi HTST. Karagenan tidak pernah digunakan sebagai penstabil utama, namun sebagai penstabil sekunder yang berfungsi untuk mencegah pengendapan whey dari campuran sebagai efek dari pnstabil yang lain.
Gelatin, protein yang berasal hewan, yang dapat digunaka
sebagai penstabil pada es krim, namun penggunaannya saat ini telah
banyak digantikan oleh polisakarida dari tumbuh-tumbuhan karena harganya
yang relatif murah. (Person, 1980)
1.6 Pengemulsi (Emulsifier)
Pengemulsi adalah senyawa yang ditambahkan pada campuran es krim
untuk menghasilkan struktur lemak dan kebutuhan distribusi udara yang
tepat sehingga menghasilkan karakteristik leleh yang baik dan lembut.
Pengemulsi terdiri dari bagian hidrofil dan lipofil yang terpisah pada
permukaan pertemuan antara minyak dan air yang menyebabkan turunnya
tegangan permukaan antara minyak dan air dalam emulsi sehingga disperse
lemak dapat berlangsung dengan baik.
Pengemulsi asli pada es krim adalah kuning telur, namun yang paling
banyak digunakan sekarang ini adalah mono- dan digliserida yang berasal
dari hidrolisis parsial lemak hewani maupun minyak nabati. Pengemulsi
lain yang banyak digunakan adalah polisorbat 80 yang merupakan sorbitan
ester yang mengandung glukosa alcohol (sorbitol) yang terikat pada asam
lemak dan asam oleat dan ditambahkan dengan oksietilen untuk
meningkatkan kelarutan dalam air. (Person, 1980)
Pengemulsi lain yang dapat digunakan adalah mentega susu dan gliserol
ester. Jumlah penstabil dan pengemulsi kurang dari 1,5%-berat campuran
es krim. Keduanya harus telah diteliti secara mendalam dan mendapat
keterangan Generally Recognized as Safe (GRAS) sebelum digunakan sebagai bahan campuran es krim.
1.7 Pewarna
Merupakan senyawa yang ditambahkan pada campuran es krim untuk
memberikan warna tertentu dan membuat penampilan lebih menarik. Jenis
yang banyak digunakan adalah Tartazine, Sunset Yellow, Brilliant Blue, dan Carmoisine)
1.8 Pemberi Rasa (Flavor)
Pemberi rasa ditambahkan pada campuran es krim untuk memberikan rasa
tertentu. Bahan pemberi rasa yang banyak digunakan adalah vanilla,
coklat, perasa buatan, sari buah, kacang, dan lain-lain.
1.9 Bahan Pelengkap
Bahan-bahan pelengkap ditambahkan untuk menambah penampilan luar dan
memperkaya rasa. Bahan pelengkap yang banyak digunakan adalah cokelat,
permen, biskuit, kacang, dan buah
2 Proses Pembuatan Es Krim
Proses pembuatan es krim terbagi menjadi beberapa tahapan proses, yaitu pencampuran (mixing), pasteurisasi (pasteurization) dan homogenisasi (homogenization), penuaan (ageing), pembekuan (freezing), pengisian (filling), pengerasan (hardening).
2.1 Pencampuran (Mixing)
Pada tahap ini, semua bahan dasar dicampur di dalam tangki
berpengaduk. Tangki yang digunakan biasanya berbahan baja tahan karat (stainless steel).
Pada proses pencampuran ini, bahan baku cairan dimasukkan langsung ke
dalam tangki melalui pipa yang terhubung langsung dengan tangki
sedangkan bahan baku padatan dimasukkan ke dalam tangki melalui mulut
tangki. Pencampuran memerlukan agitasi yang keras agar semua bahan dapat
bercampur dengan baik, oleh karena itu biasanya digunakan pengaduk
dengan kecepatan tinggi.
Proses pencampuran pada pabrik es krim dilakukan secara partaian.
Pada tahap ini, seluruh bahan baku dimasukkan ke dalam tangki pencampur
kemudian diaduk. Terdapat dua buah tangki pengaduk berkapasitas dua ton
terbuat dari bahan baja anti karat (stainless steel) dan memiliki pengaduk berjenis propeller.
Semakin lama pengadukan pada proses pencampuran, campuran yang
dihasilkan menjadi semakin homogen namun temperatur dan viskositas
menjadi semakin menurun sehingga sulit untuk dipompakan menuju proses
pasteurisasi. Oleh karena itu, waktu pengadukan pada proses pencampuran
dibatasi. Proses pencampuran dari mulai memasukkan bahan baku hingga
pemompaan ke proses pasteurisasi menggunakan waktu selama 20 menit.
Tangki pencampur harus dibersihkan terlebih dahulu untuk penggunaan
memproduksi campuran yang berbeda jenis dan warna.
Proses memasukkan bahan baku ke dalam tangki pencampur terdiri dari
dua cara yaitu secara manual dan secara otomatis. Bahan baku yang
dimasukkan secara manual biasanya berupa bahan baku padat, sedangkan
yang dimasukkan secara otomatis berupa cair yang terhubungkan langsung
melalui pipa ke dalam tangki pencampur. Memasukkan bahan baku ke dalam
tangki pengaduk secara berurutan sesuai dengan urutan tertentu. Urutan
bahan baku yang dimasukkan ke dalam tangki pencampur adalah air, gula
pasir, bahan susu, racikan, gula sirup, minyak nabati, dan terakhir
adalah rework. Fungsi dari adanya urutan bahan baku dijelaskan
pada uraian berikut ini yang diurutkan dari bahan yang dimasukkan lebih
dahulu:
1) Air
Air dimasukkan pertama kali ke dalam tangki pencampur. Air digunakan
untuk melarutkan semua bahan baku. Temperatur air yang masuk ke dalam
tangki berkisar antara 80-85oC untuk memudahakan pelarutan
bahan baku. Air dimasukkan ke dalam tangki secara otomatis melalui pipa
yang terhubung langsung ke dalam tangki. Mula-mula, air yang dikeluarkan
tidak merupakan seluruh jumlah air yang digunakan untuk melarutkan
bahan baku, tapi disisakan sebagian untuk membersihkan campuran yang
masih tersisa setelah campuran dipompakan menuju proses pasteurisasi.
2) Gula Pasir
Setelah jumlah air yang dimasukkan ke dalam tangki pengaduk mencapai
jumlah yang diinginkan, bahan yang kemudian dimasukkan ke dalam tangki
pengaduk adalah gula pasir. Penambahan gula pasir sebelum penambahan
bahan susu adalah untuk menurunkan temperatur air sehingga tidak terjadi
kerusakan nutrien pada susu berupa pemecahan protein. Akibat penambahan
gula tersebut, temperatur air turun hingga mencapai 75-80oC.
3) Bahan Susu
Yang termasuk bahan susu adalah susu skim dan bubuk whey. Penambahan susu pada temperatur air 75-80oC
bertujuan agar tidak terjadi penggumpalan, lebih mudah larut, dan dapat
membunuh sebagian bakteri yang terdapat pada susu (jika ada).
4) Racikan
Racikan terdiri dari bahan-bahan pengemulsi dan pemantap. Racikan
dimasukkan secara sedikit dmi sedikit agar terjadi pencampuran yang baik
dan mencegah terjadinya penggumpalan.
5) Gula Sirup
Gula sirup merupakan bahan cair sehingga penambahannya ke dalam
tangki dilakukan secara otomatis melalui pipa. Gula sirup yang masuk ke
dalam tangki bertemperatur 45-50oC.
6) Minyak Nabati
Seperti halnya gula sirup dan air, minyak nabati juga ditambahkan ke
dalam tangki secara otomatik. Minyak nabati yang ditambahkan
bertemperatur 40-45oC. Selain dengan cara otomatis,
penambahan minyak nabati juga dilakukan secara manual pada pembuatan
campuran tertentu sebagai pelarut bahan tambahan seperti kalsium.
7) Rework
Rework adalah material yang dihasilkan dari beberapa tahapan pada proses. Penggunaan rework dibatasi hanya 10%-berat untuk jenis ice cream dan 15% untuk jenis water ice.
2.2 Pasteurisasi (Pasteurization)
Setelah terbentuk campuran es krim (mix), campuran es krim kemudian dipasteurisasi. Pasteurisasi merupakan titik control biologik (biological control point)
pada system yang bertujuan untuk menghancurkan bakteri-bakteri patogen
pada campuran. Selain itu, pasteurisasi juga dapat mengurangi jumlah spoilage bacteria.
Pasteurisasi memerlukan pemanasan dan pendinginan. Temperatur minimal
untuk melaksanakan pasteurisasi bergantung pada waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pasteurisasi.
Pasteurisasi terbagi menjadi dua metode, yaitu metode partaian dan
kontinu. Pada metode partaian, campuran dipanaskan dalam sebuah tangki
hingga mencapai temperatur minimal 69oC dan dipertahankan
selama 30 menit (Marshall, 2003). Setelah dipanaskan dan dipertahankan
temperaturnya, campuran kemudian didinginkan hingga temperatur 4oC atau kurang. Metode partaian biasa disebut low-temperatur long-time (LTLT).
Proses pasteurisasi dan homogenisasi dilakukan dengan menggunakan rangkaian alat balance tank, plate heat exchanger (PHE), homogenizer, dan holding tube. Keluaran campuran dari tangki pencampur dipompakan menuju balance tank yang berfungsi untuk menjaga laju alir campuran konstan. Temperatur campuran keluar dari balance tank sama dengan temperatur campuran keluaran tangki pencampur.
PHE terdiri dari bagian regenerasi, pemanasan, dan pendinginan.
Mula-mula campuran masuk ke dalam bagian regenerasi. Pada bagian ini,
terjadi perpindahan panas antara campuran dari balance tank dengan campuran dari homogenizer yang memiliki temperatur lebih tinggi. Adanya bagian regenrasi ini dapat menghemat kebutuhan energi hingga 90%.
Campuran kemudian dialirkan ke bagian pemanasan. pemanasan dilakukan oleh air bertemperatur 90-95oC yang sebelumnya dipanaskan oleh kukus. Temperatur keluaran campuran setelah pemanasan adalah berkisar antara 80-85oC. Setelah dipanaskan, campuran kemudian dialirkan ke luar PHE menuju homogenizer.
Proses homogenisasi dilaksanakan pada homogenizer. Campuran diberi tekanan tinggi mecapai 100-150 bar untuk ice cream dan 50-75 bar untuk water ice untuk
memecah butiran lemak hingga berdiameter 1µm sehingga terbentuk
campuran bertekstur halus dan homogen. Setelah homogenisasi, campuran
memasuki tahap pasteurisasi di dalam holding tube.
Waktu tempuh campuran melewati holding tube adalah 80oC dan temperatur campuran dijaga tetap 80-85oC. Pasteurisasi berlangsung saat campuran melewati holding tube secara turbulen dan temperatur yang dijaga selama 20 detik sepanjang jarak tempuhnya di dalam holding tube. Dari holding tube, campuran masuk kembali ke PHE ke bagian regenerasi.
Regenerasi dapat menghemat hingga 90% energi yang dibutuhkan untuk
memansakan dan mendinginkan campuran. Setelah melepaskan panasnya kepada
campuran yang lebih dingin, campuran kemudian masuk ke dalam bagian
pendinginan.
Pendinginan pada PHE ini terdiri dari dua tahap. Pertama pendinginan
dengan air kemudian dilanjutkan dengan pendinginan menggunakan glikol.
Temperatur akhir setelah pendinginan dengan glikol diharapkan mencapai 4oC sebelum dipompakan menuju tangki penuaan.
Metode pasteurisasi yang paling banyak digunakan pada industri es krim adalah secara kontinu atau yang biasa disebut high-temperatur short-time (HTST). HTST dilaksanakan pada sebuah alat penukar panas yang disebut plate heat exchanger (PHE). PHE terdiri dari bagian pemanasan (heating), regenerasi (regeneration), dan pendinginan (cooling).
Adanya bagian regenerasi dapat menghemat kebutuhan pemanas dan
pendingin hingga 90%. Temperatur dan waktu minimum yang dibutuhkan pada
metode HTST adalah 80oC selama 25 detik.
2.3 Homogenisasi (homogenization)
Homogenisasi bertujuan untuk menurunkan ukuran partikel lemak dari
susu atau krim hingga mencapai ukuran kurang dari 1µm sehingga
memperbesar luas area permukaan. Sebelum homogenisasi, campuran harus
telah dipanaskan terlebih dahulu agar berada dalam fasa cair ketika
homogenisasi karena pada fasa cair, efisiensi homogenisasi akan lebih
besar dan penghancuran gumpalan lemaknya menjadi lebih mudah.
2.4 Penuaan (ageing)
Setelah mengalami proses pasteurisasi dan homogenisasi, campuran
kemudian dimasukkan ke dalam tangki penuaan. Temperatur campuran pada
saat keluar dari PHE adalah 4oC, yang diharapkan, kemudian langsung dimasukkan ke dalam tangki penuaan dan dijaga temperaturnya tetap pada 4oC atau kurang selama minimal 2 jam (Pearson, 1980). Beberapa tujuan dari proses penuaan ini adalah:
1) Meningkatkan kualitas whip dan tekstur lembut dari campuran
2) Membuat protein dan pemantap terhidrasi
3) Mengkristalkan lemak sehingga lemak dapat menyatu
4) Mengurangi jumlah panas yang dibutuhkan untuk dibuang pada saat pembekuan
2.5 Pembekuan (freezing)
Pada pembekuan, air dalam campuran dibekukan menjadi Kristal-kristal
es untuk menghasilkan tekstur yang agak keras. Proses penambahan udara
ke dalam campuran dilakukan pada tahap pendinginan ini. Jumlah udara
yang ditambahkan menentukan tekstur es krim yang dihasilkan. Pebekuan
dapat dilakukan secara partaian maupun kontinu. (Marshall, 2003)
Pembekuan secara partaian meliputi memasukan campuran es krim ke dalam sebuah silinder yang memiliki sebuah dasher dengan mata pisau pengikir. Dasher berputar-putar
di dalam silinder sehingga udara dapat tergabung ke dalam campuran,
gumpalan lemak menjadi teraduk, dan kristal-kristal es yang terbentuk
pada dinding dalam silinder terkikis oleh mata pisau pada dasher.
Viskositas campuran es krim meningkat karena air membeku membentuk
padatan es. Gelembung udara terperangkap pada campuran yang viskos
tersebut sehingga meningkatkan volum dan membentuk overrun. Overrun adalah
persentase pertambahan volume es krim yang dihasilkan dibandingkan
dengan volume campuran yang digunakan untuk memproduksi es krim
tersebut. Maksimum overrun yang diperbolehkan sebesar 100%, namun overrun sebesar
itu sulit dicapai oleh pembekuan secara partaian. Kapasitas yang dapat
dicapai dengan menggunakan proses parataian ini adalah antara 1 L hingga
40 L. (Marshall, 2003)
Hampir seluruh proses pembekuan es krim pada industri dilakukan
secara kontinu. Kapasitasnya berkisar antara 100 hingga 3000 L per jam
per freezer. Freezer yang digunakan biasanya didinginkan dengan refrigerant amoniak. Pada pembekuan kontinu ini, es krim dibekukan hingga temperatur -5oC s.d. -7oC
(Marshall, 2003). Beberapa kelebihan pembekuan secara kontinu
dbandingkan dengan parataian adalah volume pendinginan per pendingin
lebih besar, tekstur produk akhir yang dihasilkan biasanya lebih lembut,
penambahan udara ke dalam campuran dapat diatur sehingga overrun dapat diatur sehingga dapat mencapai overrun yang diinginkan, peralatan lain untuk proses dapat diletakkan setelah keluaran dari freezer, dan es krim dapat lebih mudah dibentuk
2.6 Pengisian (filing)
Campuran es krim yang keluar dari freezer setelah pembekuan memiliki temperatur -5oC s.d. -7oC dan masih sedikit lunak. Setelah keluar dari freezer, campuran es krim diberi isian (topping) berupa buah, coklat, atau kacang sebelum kemudian dikemas.
2.7 Pengerasan (hardening)
Setelah bahan-bahan tambahan telah diisikan ke dalam campuran es krim, campuran kemudian dikeraskan pada temperatur -30oC s.d. -40oC.
Pada tahapan ini, hampir seluruh sisa air pada campuran membeku.
Pengerasan terdiri dari pembekuan diam dengan membekukan campuran di
dalam sebuah freezer, pembekuan temperatur rendah hingga -40oC secara konveksi menggunakan terowongan beku dan secara konduksi menggunakan pelat-pelat pembeku (plate freezers).
2.8 Pencetakan dan Pengerasan
Setelah beku, campuran kemudian dialirkan ke mesin untuk mencetak es
krim sesuai dengan jenis es krim yang akan dibuat. Mesin pencetak es
krim di pabrik Wall’s IC terdiri dari tiga jenis tipe mesin yaitu moulded stick machine, extrusion machine, dan direct filling machine.
1) Moulded Stick Machine
Campuran dari freezer yang masuk ke mesin jenis ini ditampung di dalam sebuah hopper
campuran. Dari hopper, campuran kemudian dituangkan ke dalam cetakan
yang direndam di dalam larutan air garam, disebut dengan larutan Brine
(CaCl2), bertemperatur -25oC s.d. -30oC
yang didinginkan memakai amoniak. Kemudian cetakan tersebut berputar
dan selama perputaran tersebut, campuran di dalam cetakan diberi stik
menggunakan stick inserter dan terjadi pengerasan pada
campuran. Setelah keras, kemudian cetakan direndam di dalam larutan
Brine hangat, bertemperatur 25-30oC, dan diangkat untuk
dilepaskan dari cetakan. Setelah lepas dari cetakan, beberapa jenis es
krim diberi lapisan tambahan berupa saus coklat atau bahan lainnya.
Setelah itu, es krim dilepaskan di atas kemasan plastic untuk dikemas.
2) Extrusion Machine
Es krim setengah beku dari freezer dicetak di dalam extruder nozzle
kemudian diberi stik dan dipotong menggunakan kawat panas berbahan baja
tahan karat. Potongan es krim ditampung pada pelat-pelat yang berjalan
di atas conveyor dan dapat menampung potongan es sebanyak tiga
buah tiap pelat. Pelat-pelat tersebut kemudian berjalan masuk ke dalam
terowongan pengerasan (hardening tunnel) yang bertemperatur -40oC s.d. -45oC. Es krim yang keluar dari terowongan bertemperatur -20oC,
telah mengeras, dan menempel pada pelat. Untuk melepaskan es krim dari
pelat, pelat dipukul menggunakan pemukul sejenis palu. Setelah lepas,
potongan es krim kemudian diangkat dan dicelupkan ke dalam larutan
cokelat, untuk es krim tertentu. Setelah itu dilepaskan di atas
pembungkus plastik.
3) Direct Filling Machine
Campuran yang keluar dari freezer kemudian ditampung dalam filler kemudian campuran tersebut langsung diisikan kepada tempat es krim berupa cup atau cone yang berjalan di atas conveyor belt. Setelah terisi dengan campuran es krim, cup dan cone tersebut diberi tutup dengan menggunakan lid inserter
kemudian dijalankan menuju terowongan pengerasan. Setelah keluar dari
terowongan, es krim dimasukkan ke dalam kemasan kardus untuk dipak.
2.9 Pembungkusan dan Palletizing
Setelah dicetak pada tiap mesin, kemudian es krim dibungkus dengan
bungkus plastik dan dipak dalam kemasan karton. Setelah dipak dalam
kemasan karton, es krim diletakkan di atas conveyor belt dan dijalankan menuju ruang palletizing untuk mengelompokkan pak-pak es krim atau mengepak ulang es krim.
2.10 Penyimpanan
Dari ruang palletizing, kemudian es krim dibawa ke ruang penyimpanan dingin yang bertemperatur -18oC
dan disimpan untuk kemudian didistribusikan. Es krim yang disimpan di
dalam ruang penyimpanan dingin dapat bertahan hingga satu tahun.